Duka pusaka
Terlihat lesuh dalam keacuhan
Sirna sudah animo – animo rakyat
Tergusur oleh sifat keakuan
Sifat yang tak mengenal kata mufakat
Kian luntur keramahtamahan
Terganti dengan rasa kebencian
Masihkah
ada harapan
Tentang mimpi yang terampas tak bertuan
Sang pusaka berduka
Menatap tajam penuh
luka
Tersayat perih kian
mendera
Karena tiada lagi kecintaan dengannya
Peretak
Dalam hati ku bertanya
Tentang hatimu yang terluka
Hati yang merana dan berduka
Karena hancur oleh sang durjana
Hatimu kini kian meretak
Hancur berkeping – keping dan berserak
Mengapa kau kini merana
Berduka nestapa oleh sang durjana
Hari – hari mu yang dulu ceria
Kini telah hilang dan sirnah
Berada pada titik kulminasi jiwa
Sampai tersenyum pun kau tak bisa
Kenanganmu yang begitu manis
Sulit terlupakan dalam memori
Kau selalu menangis
Menangis karena hatimu kini telah mati
Tenggelam
Tenggelam dalam duka
Kemakmuran yang telah sirna
Sirna oleh mereka para koruptor
Pencuri uang dengan cara kotor
Tenggelam dalam duka
Terpuruk sudah semua
Rakyat banyak yang sengsara
Tetapi penguasa hanya terdiam disana
Terhempas jauh dari kemakmuran
Terdampar pada kesengsaraan
Tingkah lakumu membuat hati kami menjadi geram
Karena menjadikan negeri ini menjadi karam dan kian tenggelam
Tuhan Baru
Tiap waktu kau selalu dipuji
Dicari layaknya seperti tuhan
Menjadikan nurani seakan mati
Membawa jiwa dalam keangkuhan
Mereka buta akan keindahanmu
Seakan terlena dengan keberadaanmu
Terbuai oleh eksistensimu yang manis
Eksistensi manis yang membuat membuat mereka menjadi hedonis
Kau selalu dicari
Seakan tak perduli siapa yang menghalangi .
Kini begitu banyak orang menyembahmu
Karna engkau tuhan yang baru
Oleh : Feby Irawan
Oleh : Feby Irawan
0 Comments