覇気 (Ambisi)...

Pertanda Selanjutnya
---------------

Aku melihat Kirana ditabrak oleh mobil saat ingin menyebrang, percaya atau tidak aku melihatnya sangat jelas dalam penglihatan masa depanku.

Bergegas aku berdiri dan langsung menghampiri dia yang sedang berjalan ke arah kampus. Saat itu dia ingin menyebrang.

Aku tidak ingin memberitahukan apa yang aku lihat, oleh karena itu aku alihkan dengan sedikit komunikasi

"hey ini bukunya ketinggalan!!!" aku teriak

"simpan aja"

"hey nanti dulu" aku tarik tangannya

"apa?, simpan aja bukunya" jawab dia lagi

Kirana melepaskan tanganku dengan paksa dan mobil pun lewat hanya berbeda beberapa centimeter semua orang yang berada disana teriak, dia pun terdiam dan terkulai lemas.

Aku segera memegang pundaknya sebelum dia pingsan dan terjatuh

"hey, tenang tenang, udah aman" 

"haah ,,, haahhh ,,, haaahhhhh" Kirana terengah-engah karena kaget dengan yang baru saja dia rasakan

Jika saja terlewat beberapa menit, mungkin saja Kirana bisa ditabrak atau terserempet.

Akhirnya aku mengajaknya ke pinggir warkop

"tenang-tenang, udah aman, mau minum?"

"hufftttt iyaa, makasih ya"

Coy, Kirana wangi banget asli, minyak wanginya 2 liter kali ya. Kita dikelilingin orang-orang sekitar warkop karena setelah kejadian banyak orang yang berdatangan.

"makasih ibu-ibu bapak-bapak, orangnya udah sadar"

sedikit demi sedikit orang-orang mulai menjauh dan Kirana sudah tersadar sepenuhnya

"mau kemana abis ini?" tanya gua

"mau langsung pulang aja" jawab Kirana

"gua anter aja ayok, gua takut lu kenapa-kenapa lagi" sok-sokan khawatir banget dah hahaha


Pulang
---------------

Berhubung aku bawa helm 2, ya aku pakaikan 1 lagi ke dia.

"dipake, kalo masih punya otak" 

Kirana cuma tersenyum sambil memakai helmnya, lalu langsung naik ke motorku.

"lah ngapain?" tanyaku

"mau pulang.." jawab Kirana

"dih siapa yang mau nganterin?" sedikit ngegas

"lu, kan tadi mau nganterin katanya" jawab dia heran

"oh iyaa, lupa gua" 

"dih, gak jelas lu"

lalu hening sejenak dan tiba-tiba kita tertawa bersama

"hahahahaha"

Berdua kita beranjak dari wilayah kampus dan menuju rumah Kirana

"kasih tau ya belok mana"

"okee"

"eh, gua boleh nanya sesuatu?"

"iyaa"

"bukannya lu bisa ngeliat masa depan?" aku langsung to the point

entah kenapa dia langsung terdiam

"kalau diem aja gua anggap iya ya?"

Kirana masih terdiam, sampai tahap ini aku beranggapan memang dia bisa melihat masa depan.

"okee, gua anggap iya bisa liat masa depan"

"belok kanan.." suruh dia

"terus kenapa tadi gak bisa ngeliat kalau mau ditabrak" lanjut aku bertanya  

"depan belok kanan.." suruh dia lagi

Kirana kenapa malah terdiam saat aku tanya, apa dia berusaha menutupi sesuatu.

"depan gang belok kiri ya"

"tadi perasaan kita ketawa bareng, kenapa sekarang ditanya malah diem aja lu"

"huffttt" aku mendengar dia menghela nafas, seolah-olah dia lelah dengan pertanyaan itu.


Sampeeeeeeeeeeee
---------------
Sampai saat ini aku masih hapal warna rumahnya, hijau cerah dengan beberapa tanaman dihalaman rumahnya, didepannya halaman rumah ada kedua orangtuanya yang sedang bersantai.

Aku yang datang saat itu diberi "kode" agar tidak memberitahukan bahwa dia hampir ditabrak dan tentang kelebihannya dapat melihat masa depan. Niatku setelah Kirana turun dari motor dan melepas helm aku langsung pulang tapi kenyataannya berbeda.

"eh nak mau kemana? mampir dulu sini, ada singkong goreng baru mateng"

aduh bangsat, singkong goreng lagi hahahaha. Tolak apa jangan ya..

Kirana yang sepemikiran denganku, berharap aku langsung pulang justru terdiam. Dan akhirnya mengajakku untuk berbincang sederhana menikmati sore dengan teh hangat dan singkong goreng.

"yaudah ayok mampir dulu"

"duh ngerepotin saya ini mah pak, bu"

"ishh, gak apa-apa, kapan lagi Kirana dianterin cowok" aku terheran sambil melihat wajah ibunya yang sangat senang

kayaknya Kirana belum pernah deket sama cowok siapapun itu deh, tapi masa iya cewek cakep kayak gini belom ada yang nempel satupun.

buat lu orang yang belom tau Kirana tuh gini ya, dia tuh pertama pakai kacamata terus yang sering aku lihat tuh rambutnya diikat, kalau gak salah modelnya buntut kuda.

pas aku lagi maen kesana kenapa justru rambutnya diurai ya?....

dia menyajikan kopi 2 gelas dan menambahkan singkong goreng ke piring di meja. Aku lama diajak mengobrol dengan Bapaknya

mulai membahas hal yang sama-sama kita suka. Mulai dari burung peliharaan, senapan angin sampai ke motor tua yang saat itu aku bawa.

"den, tahun berapa motor mu itu?" sambil nunjuk motorku

"tahun berapa ya pak, tahun 92 kayaknya deh pak"

"widih, jangan dijual yang begini"

"loh kenapa emang pak?"

"nilai jualnya gak semahal nilai sejarahnya"

"hahahaha iyaa pak, pasti itu mah"

Kita berdua ngobrol ngalor ngidul sampai beliau mengeluarkan senapan angin miliknya, lalu bercerita tentang dirinya yang senang berburu disaat muda.

Tentang beliau yang pernah mendapatkan kulit harimau sampai kulit beruang.


KONSERVATIF
---------------
Ya, aku memang orang yang bersikap konservatif yaitu mempertahankan keadaan, kebiasaan dan tradisi yang berlaku dengan kata lain aku orang yang kolot.

Aku mengajak Bapak untuk ibadah saat sudah magrib dan kembali mengobrol sampai waktu isya lalu kembali mengajaknya beribadah.

Hoyyyyyy aku belum dengan Kirana sama sekali hahaha.

Setelah hampir 5 jam, akhirnya Bapak masuk ke dalam dan sekarang Kirana keluar lalu kembali mengajak aku ngobrol

"gak bosen?" tanya Kirana

"hahahaha enggak, Bapakmu asik juga diajak ngobrol"

"hehehehe, mau ngopi lagi?"

"boleh deh"

dan sekarang gelas ke-3 dan kita mulai mengobrol namun tidak membahas tentang dia yang bisa melihat masa depan, yaaaa hanya curhat-curhat biasa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Entahlah sejak kapan aku mulai mengenal dia, kalau diingat-ingat aku pernah melihatnya dikampus duduk sendiri.

Yang aku ingat kembali adalah angin yang saat itu berhembus lumayan kencang. Aku yang awalnya melihat lalu menjadi teralihkan karena debu kampus yang sangat kurang ajar.

menurutku Kirana orang yang baik, namun sepertinya dia orang yang pilih-pilih teman.

Cukup sering aku melihatnya duduk sendiri dan sekarang aku tidak menyangka bisa duduk bersama diteras rumahnya dengan kopi digelas ke-3.

"Na, bocor lambung gua ngopi mulu"

"emang mau apaan?"

"air putih anget deh, uweeekkkk uwekkkk" sakit lambung ku yang kembali kumat karena diisi kafein secara berkala

"dih dih, hamil lu hahahaha"

"lagi kembung aduhhh"

"hahaha bentar ya" Kirana masuk kembali ke dalam untuk menyiapkan air hangat

sambil menunggu Kirana kembail aku justru termenung, kenapa aku bisa sampai sejauh ini ya?

Maksudku baru mengenal orang lalu diajak kerumahnya dan sampai disana aku dijamu sampai betah seperti ini. Aku baru ingat diberi buku oleh Kirana saat masih di warkop, aku coba membuka buku dan mau tau isi bukunya.

"nih lu minum dulu, biar gak eneg" akhirnya aku masukan kembali bukunya

air hangat gelas penuh langsung habis aku minum

"arrrrhhhhhhkkkkkkkkkkkkk" gasnya keluar semua

"mantappppp" jawabku

"laidih jorok amat" tegas dia

"yaudah, udah jam 9 nih gua pulang ya"

"eh bentar bangunin bapak sama ibu, lu mau pamit" sebelum dia masuk aku tahan dia

"udah gak usah biarin kalau udah tidur mah, salam aja buat mereka"

"ohh okee deh"

"jangan lupa sampein nanti pagi"

"iyaa tenang"

"okee byee"

"byeee" Kirana melambaikan tangannya padaku seraya aku pergi

Pulang dengan perasaan yang aneh dan gak pernah aku rasain sebelumnya, masa sih aku ada rasa sama orang yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu.

Biarin dah menarik juga cerita aku hari ini, sambil ngebut menuju rumah..

to be continue..

Post a Comment

0 Comments